Konstanta fisika tak selamanya konstan. Bilangan pengatur sifat cahaya
ternyata berubah di berbagai lokasi di alam semesta, mengubah pandangan
manusia akan alam semesta dan isi buku pelajaran siswa.
Sejak tahun 1916, fisikawan mengenal konstanta struktur-halus yang
mengatur kekuatan gelombang elektromagnetik sebagai pembentuk cahaya.
Bilangan yang diperkenalkan fisikawan Jerman Arnold Sommerfeld ini
diberikan simbol alfa (huruf kecil romawi).
Konstanta fisika ini berkaitan dengan konstanta fundamental seperti
konstanta Planck, kecepatan cahaya, dan konstanta permitivitas listrik.
Konstanta alfa yang tak stabil juga melanggar prinsip mendasar pada
teori relativitas umum Albert Einstein.
"Kekuatan elektromagnetik bervariasi di penjuru alam semesta," kata peneliti dari University of New South Wales, John Webb.
Paradigma hukum alam yang tak seragam telah punah sejak ditumbangkannya
kosmologi Aristoteles oleh sains yang muncul pada abad pertengahan.
Ketika itu fisikawan memastikan bahwa hukum yang ada di bumi, termasuk
konstanta fisika, juga berlaku di langit. Isaac Newton menemukan teori
gravitasi menggunakan paradigma ini. Perluasan hukum fisika di bumi ke
seluruh alam semesta menjadi fondasi dasar bagi hukum fisika moderen.
Perubahan ini terlihat sejak satu dekade lalu ketika fisikawan
mengarahkan pandangan pada 300 galaksi yang berada di bagian terjauh
alam semesta. Nilai alfa lebih besar pada satu sisi dan lebih lemah pada
sisi lain. Webb mengatakan, perbedaan konstanta pada dua wilayah
berlawanan tersebut bisa mencapai dua kali lipat.
Variasi nilai konstanta ini berdampak besar bagi pengetahuan manusia
akan dunia. Alam semesta bisa jadi lebih luas dari yang pernah
dibayangkan sebelumnya. Beberapa peneliti menyebutkan ukuran ini bisa
saja tak berhingga.
Dampak lain berhubungan dengan asal-usul kehidupan. Manusia sebagai
satu-satunya makhluk cerdas yang diketahui hidup di alam semesta hanya
bisa muncul jika berada di bagian alam semesta dengan nilai konstanta
tertentu. Variasi konstanta ini menjelaskan kenapa kehidupan hanya
muncul di bumi, bukan di planet di sisi lain alam semesta.
Sumber : Tempo, 3 November 2011
Dari : http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1322306960&3
0 komentar:
Posting Komentar